Aktif secara fisik adalah salah satu kunci penting dalam pengelolaan gula darah. Bagi yang masih sehat, yang sudah dalam tahap pradiabetes (diabetasi), olahraga yang dilakukan secara teratur sangat penting untuk mengendalikan kadar gula darah.
Sudah banyak study yang mendukung manfaat olahraga untuk mengelola glukosa darah. Sebuah studi yang pernah dilakukan di universitas Yale dan diterbitkan dalam Journal of Applied Physiologi memeperlihatkan bahwa olahraga dengan intensitas lebih tinggi dibandingkan dengan olahraga yang dilakukan sekedarnya, jauh lebih efektif untuk mencegah maupun mengendalikan diabetes.
Penelitian itu dilakukan pada wanita usia di atas 72 th, tidak kegemukan, sehat, namun tidak aktif secara fisik. Program latihan digolongkan dalam 3 jenis, yaitu berat (kapasitas aerobic 80%), sedang (65%), dan ringan (50%).
Ketiga kelompok tersebut melakukan jumlah olahraga yg sama, dan membakar 300 kalori tiap sesi. Pada grup yg paling intens, peningkatan kemampuan tubuh menggunakan gula dan menekan pembentukan lemak paling baik, sedangkan kelompok intensitas rendah meraih keuntungan paling sedikit.
♥Mengapa olahraga bisa mengelola gula darah?
Kerusakan jaringan sering terjadi segera setelah makan, bila kadar gula darah melonjak tinggi. Setelah makan, gula akan mengalir dari pencernaan ke aliran darah, lalu tersimpan di otot2 dan lever. Jika otot-otot tidak terlatih, akan penuh dengan gula, sehingga tidak ada tempat lagi bagi gula berikutnya. Akibatnya gula itu akan berkeliaran terus di dalam darah.
Sebaliknya, jika otot2 terlatih dengan olahraga, simpanan gula akan habis. Dan ketika kita makan, gula dapat mengalir dari pencernaan ke dalam aliran darah dan kemudian segera masuk ke dalam otot, sehingga tidak terjadi kenaikan kadar glukosa didalam darah.
Karena intensitas dalam olahraga bisa berpengaruh ke jantung, sebaiknya konsultasikan dengan dokter sebelum melakukan olahraga yang disukai, supaya hanya efek positiflah yang akan didapat.
♥ MENJAGA SEL OTOT
Studi di Cooper institute for Aerobics Research di Dallas, AS, memperlihatkan bahwa kebugaran tubuh mungkin paling penting untuk menghindari diabetes tipe-2. Para peneliti membuktikan hal itu dengan meneliti 8.633 pria yang berusia rata-rata 43 th, melalui tes dengan treadmill dan memeriksa mereka 6 th kemudian apakah terjadi diabetes.
Responden yang nilai kebugarannya rendah hampir 4 kali lipat lebih besar dibanding responden yang melakukan test dg baik, dalam menunjukkan tanda2 diabetes. Tingkat kebugaran ternyata juga memberikan prediksi paling tepat untuk terjadinya diabaetes, dibandingkan dengan factor usia, kegemukan hipertensi, bahwa riwayat diabetes dalam keluarga.
Bagi yg sudah terkena diabetes, olahraga teratur dapat membantu mengontrol gula darah, berat badan, dan tekanan darah. Diabetesi yang rutin olahraga akan menurun resiko terkena serangan jantung dan sroke daripada diabetes I yang tidak teratur berolahraga.
Manfaat itu didapat karena olahraga membuat sel-sel otot menggunakan lebih banyak gula dan oksigen ketimbang bila organ tubuh ini dalam keadaan istirahat. Olahraga juga membuat insulin bekerja lebih baik.
Penyakit diabetes bila terjadi karena sel-sel otot kehilanagn sensitifvitasnya terhadap insulin, hormone dari pankreas yang bertugas mengontrol gula darah. Sel-sel otot akan bekerja dalam mengelola insulin jika kita menjaganya tetap fit melalui olahraga teratur.
Ada dua jenis olahraga yang bisa dilakukan, yaitu AEROBIC menguatkan jantung dan paru-paru, lemak darah menurun, tekanan darah menurun, penggunaan gula darah menjadi optimal, dan membuat tubuh menggunakan lebih banayk oksigen. Yang termasuk olahraga aerobic adalah senam aerobic, jalan cepat, bersepeda, menari, jogging, dan berenang.
Apabila kedua jenis olahraga tersebut dipadukan, akan memberikan manfaat yang sangat baik. Para ahli menyarankan olahraga aerobic 3-5 kali seminggu, selama 20-30menit setiap kali melakukan dan melengkapinya dengan olaharaga anaerobic.
♥ YOGA SENSITIFKAN INSULIN
Sudah banyak study yang mendukung manfaat olahraga untuk mengelola glukosa darah. Sebuah studi yang pernah dilakukan di universitas Yale dan diterbitkan dalam Journal of Applied Physiologi memeperlihatkan bahwa olahraga dengan intensitas lebih tinggi dibandingkan dengan olahraga yang dilakukan sekedarnya, jauh lebih efektif untuk mencegah maupun mengendalikan diabetes.
Penelitian itu dilakukan pada wanita usia di atas 72 th, tidak kegemukan, sehat, namun tidak aktif secara fisik. Program latihan digolongkan dalam 3 jenis, yaitu berat (kapasitas aerobic 80%), sedang (65%), dan ringan (50%).
Ketiga kelompok tersebut melakukan jumlah olahraga yg sama, dan membakar 300 kalori tiap sesi. Pada grup yg paling intens, peningkatan kemampuan tubuh menggunakan gula dan menekan pembentukan lemak paling baik, sedangkan kelompok intensitas rendah meraih keuntungan paling sedikit.
♥Mengapa olahraga bisa mengelola gula darah?
Kerusakan jaringan sering terjadi segera setelah makan, bila kadar gula darah melonjak tinggi. Setelah makan, gula akan mengalir dari pencernaan ke aliran darah, lalu tersimpan di otot2 dan lever. Jika otot-otot tidak terlatih, akan penuh dengan gula, sehingga tidak ada tempat lagi bagi gula berikutnya. Akibatnya gula itu akan berkeliaran terus di dalam darah.
Sebaliknya, jika otot2 terlatih dengan olahraga, simpanan gula akan habis. Dan ketika kita makan, gula dapat mengalir dari pencernaan ke dalam aliran darah dan kemudian segera masuk ke dalam otot, sehingga tidak terjadi kenaikan kadar glukosa didalam darah.
Karena intensitas dalam olahraga bisa berpengaruh ke jantung, sebaiknya konsultasikan dengan dokter sebelum melakukan olahraga yang disukai, supaya hanya efek positiflah yang akan didapat.
♥ MENJAGA SEL OTOT
Studi di Cooper institute for Aerobics Research di Dallas, AS, memperlihatkan bahwa kebugaran tubuh mungkin paling penting untuk menghindari diabetes tipe-2. Para peneliti membuktikan hal itu dengan meneliti 8.633 pria yang berusia rata-rata 43 th, melalui tes dengan treadmill dan memeriksa mereka 6 th kemudian apakah terjadi diabetes.
Responden yang nilai kebugarannya rendah hampir 4 kali lipat lebih besar dibanding responden yang melakukan test dg baik, dalam menunjukkan tanda2 diabetes. Tingkat kebugaran ternyata juga memberikan prediksi paling tepat untuk terjadinya diabaetes, dibandingkan dengan factor usia, kegemukan hipertensi, bahwa riwayat diabetes dalam keluarga.
Bagi yg sudah terkena diabetes, olahraga teratur dapat membantu mengontrol gula darah, berat badan, dan tekanan darah. Diabetesi yang rutin olahraga akan menurun resiko terkena serangan jantung dan sroke daripada diabetes I yang tidak teratur berolahraga.
Manfaat itu didapat karena olahraga membuat sel-sel otot menggunakan lebih banyak gula dan oksigen ketimbang bila organ tubuh ini dalam keadaan istirahat. Olahraga juga membuat insulin bekerja lebih baik.
Penyakit diabetes bila terjadi karena sel-sel otot kehilanagn sensitifvitasnya terhadap insulin, hormone dari pankreas yang bertugas mengontrol gula darah. Sel-sel otot akan bekerja dalam mengelola insulin jika kita menjaganya tetap fit melalui olahraga teratur.
Ada dua jenis olahraga yang bisa dilakukan, yaitu AEROBIC menguatkan jantung dan paru-paru, lemak darah menurun, tekanan darah menurun, penggunaan gula darah menjadi optimal, dan membuat tubuh menggunakan lebih banayk oksigen. Yang termasuk olahraga aerobic adalah senam aerobic, jalan cepat, bersepeda, menari, jogging, dan berenang.
Apabila kedua jenis olahraga tersebut dipadukan, akan memberikan manfaat yang sangat baik. Para ahli menyarankan olahraga aerobic 3-5 kali seminggu, selama 20-30menit setiap kali melakukan dan melengkapinya dengan olaharaga anaerobic.
♥ YOGA SENSITIFKAN INSULIN
Yoga dapat mengefektifkan insulin. Kim Innes mulai belajar kundalini Yoga sekitar 20th lalu. Asisten professor di Center for The Study of Complementary and Alternative Therapies at the University of Virginia Health System ini jatuh cinta pada pada yoga dan menggabungkan yoga dengan ilmu kedokteran.
“Yoga adalah pengalaman pribadi saya. Banyak manfaat yang saya rasakan seperti tidur lebih nyenyak, stress berkurang. Ini membuat minat saya makin meningkat mempelajari Yoga, “ katanya.
Innes tahu, di India yoga dikenal luas sebagai resep untuk mengobati penyakit karena resistensi insulin seperti diabetes dan tekanan darah tinggi. Resensi insulin terjadi karena jaringan lemak di perut menurunkan sensitive tubuh terhadap insulin.
Makanan yang masuk ke perut harusnya dicerna sementara insulin dikeluarkan pankreas ke aliran darah untuk mengubah glukosa makanan menjadi energi . Bila tubuh tidak sensitive terhadap insulin tubuh memaksa pankreas memproduksi lebih banyak insulin. Akhirnya pancreas kelelahan dan tidak bisa memproduksi lebih banayk lagi. Akibatnya, gula tertumpuk di dalam darah.
Innes menemukan 70 penelitian kecil mengenai dampak yoga terhadap penyakit metabolic sindrom. “Indahnya, yoga tak hanya menyasar gula darah atau tekanan darah tapi semua yang terkait, “ kata Innes.
Ia mengumpulkan bukti meyakinkan bahwa yoga mampu meningkatkan sensitivitas insulin dan menurunkan kolesterol sampai 19 dan 25 persen. Ia juga melihat hubungan antara yoga dan turunnya berat badan.
Dalam 13 penelitian komposissi tubuh dan yoga, latihan yoga terbukti mengurangi berat badan sampai 13,6 %. Penemuan itu ia terbitkan di the Journal of the American Board of Family Medecine.
Meskipun belum jelas bagaimana yoga menjinakkan sindrom metabolic, Innes menduga berkurangnya stress dan meningkatkan kebugaran yang disebabkan oleh latihan yoga untuk menyeimbangkan system saraf , “Stres adalah akar dari segala jenis penyakit modern, “ kata Innes.
Alka Kanaya, dokter penyakit dalam di University of California at San Francisco pernah mengupas penelitian di India. Ia mempelajari bagaimana orang menyimpan lemak dan dampaknya bagi kesehatan. Ia mendapati bahwa penderita stress kronis mengeluarkan hormone yang membuat tubuh menumpuk lemak di perut.
“Sindrom metabolic berhubungan dengan perut buncit. Segala sesuatu yang menghilangkan lemak perut bisa mengobatinya, “ katanya.
Soal susut perut dan berat badan, orang sering berpikir latihan yoga keras seperti bikram dan Asthanga yang bisa membantu. Ternyata gerakan yoga restorative yang ringan bisa membantu menyusutkan perut pada penderita sindrom metabolic sebab lemak di perut sangat terkait denagn stress.
“Yoga restorative tidak ditujukan untuk menurunkan berat badan . Tapi, denagan mengurangi stress, lemak di perut akan berkurang.
(Gaya Hidup Sehat 9 Juli'10)
“Yoga adalah pengalaman pribadi saya. Banyak manfaat yang saya rasakan seperti tidur lebih nyenyak, stress berkurang. Ini membuat minat saya makin meningkat mempelajari Yoga, “ katanya.
Innes tahu, di India yoga dikenal luas sebagai resep untuk mengobati penyakit karena resistensi insulin seperti diabetes dan tekanan darah tinggi. Resensi insulin terjadi karena jaringan lemak di perut menurunkan sensitive tubuh terhadap insulin.
Makanan yang masuk ke perut harusnya dicerna sementara insulin dikeluarkan pankreas ke aliran darah untuk mengubah glukosa makanan menjadi energi . Bila tubuh tidak sensitive terhadap insulin tubuh memaksa pankreas memproduksi lebih banyak insulin. Akhirnya pancreas kelelahan dan tidak bisa memproduksi lebih banayk lagi. Akibatnya, gula tertumpuk di dalam darah.
Innes menemukan 70 penelitian kecil mengenai dampak yoga terhadap penyakit metabolic sindrom. “Indahnya, yoga tak hanya menyasar gula darah atau tekanan darah tapi semua yang terkait, “ kata Innes.
Ia mengumpulkan bukti meyakinkan bahwa yoga mampu meningkatkan sensitivitas insulin dan menurunkan kolesterol sampai 19 dan 25 persen. Ia juga melihat hubungan antara yoga dan turunnya berat badan.
Dalam 13 penelitian komposissi tubuh dan yoga, latihan yoga terbukti mengurangi berat badan sampai 13,6 %. Penemuan itu ia terbitkan di the Journal of the American Board of Family Medecine.
Meskipun belum jelas bagaimana yoga menjinakkan sindrom metabolic, Innes menduga berkurangnya stress dan meningkatkan kebugaran yang disebabkan oleh latihan yoga untuk menyeimbangkan system saraf , “Stres adalah akar dari segala jenis penyakit modern, “ kata Innes.
Alka Kanaya, dokter penyakit dalam di University of California at San Francisco pernah mengupas penelitian di India. Ia mempelajari bagaimana orang menyimpan lemak dan dampaknya bagi kesehatan. Ia mendapati bahwa penderita stress kronis mengeluarkan hormone yang membuat tubuh menumpuk lemak di perut.
“Sindrom metabolic berhubungan dengan perut buncit. Segala sesuatu yang menghilangkan lemak perut bisa mengobatinya, “ katanya.
Soal susut perut dan berat badan, orang sering berpikir latihan yoga keras seperti bikram dan Asthanga yang bisa membantu. Ternyata gerakan yoga restorative yang ringan bisa membantu menyusutkan perut pada penderita sindrom metabolic sebab lemak di perut sangat terkait denagn stress.
“Yoga restorative tidak ditujukan untuk menurunkan berat badan . Tapi, denagan mengurangi stress, lemak di perut akan berkurang.
(Gaya Hidup Sehat 9 Juli'10)
No comments:
Post a Comment